Membiakkan Cucakrawa
Saat ini beberapa klub burung kicauan di Indonesia mulai merasakan susahnya mencari burung ocehan bakalan yang mempunyai suara berkualitas. Padahal dengan melakukan penangkaran, kesulitan itu akan teratasi. Selain itu burung juga lebih mudah untuk dibentuk suaranya sesuai keinginan pemiliknya.
Berdasarkan survei Burung Indoensia dan The Nielsen, sebanyak 58,5% dari jumlah burung kicauan adalah tangkapan alam. Dan setiap tahun jumlah tersebut akan terus meningkat. Tak pelak lama kelamaan burung yang ada di alam ini bakal terancam keberadaannya.
Pada akhirnya, hobi memelihara burung kicauan ini pun tidak bertahan lama. Pastinya, hal ini tidak diinginkan para penggemar burung kicauan yang memelihara untuk sekadar hobi ataupun disertakan dalam lomba.
Tidak Banyak Penangkar
Salah satu cara agar hobi ini tetap bisa berlanjut, maka penangkaran harus dilakukan, tak terkecuali burung cucakrawa (Pynonotus zeylanicus atau straw-headed bulbul). “Dengan penangkaran, cucakrawa yang ada di alam tidak akan terkuras habis,” kata Safrudin, pecinta dan pembudidaya cucakrawa di bilangan Palmerah, Jakarta Barat.
Hobi beratnya terhadap cucakrawa membuat mantan pegawai PT PLN ini membuka peternakan cucakrawa। Menurutnya, cucakrawa tergolong burung yang keberadaannya di alam tinggal sedikit. Memang tidak banyak yang mau melakukan penangkaran burung-burung untuk lomba karena ada anggapan menangkarkan cucakrawa sulit dan merepotkan. Safrudin membenarkannya. “Memang awalnya sulit, tapi kalau kita selalu belajar, kendala itu tidak akan ada lagi,” tegasnya.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 98 yang terbit pada Rabu, 4 Maret 2009.